Kamis, 01 Desember 2016

artikel kesehatan infeksi penyakit tropis (morbili)

MAKALAH
PENYAKIT INFEKSI TROPIS (MORBILI)
Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Anak
Semester III Tingkat II
Disusun Oleh:
1.      Rika Indratik
AKADEMI KEPERAWATAN PRAGOLOPATI PATI
TAHUN AJARAN 2015-2016

BAB II

PEMBAHASAN
A.  Definisi
Morbili adalah penyakit virus akut, menular, yang ditandai dengan 3 stadium, yaitu stadium kataral, stadium erupsi dan stadium konvalensi.  
        (Ngastiyah.2007)
Morbili adalah suatu penyakit akut yang sangat menular yang disebabkan oleh virus.
       (Widoyono.2008)
Morbili adalah organisme yang sangat menular ditularkan melalui rute udara dari seseorang yang terinfeksi pada orang lain yang rentan terhadap infeksi.
         (Smeltzer.2008)
Morbili adalah penyakit anak menular yang ditandai dengan gejala–gejala utama ringan seperti demam serta nyeri limpa nadi.
            (Nelson.2007)
B.  Klasifikasi
1.    Stadium Kataral (prodormal)
Biasanya stadium  ini berlangsung  selama 3-5 hari dengan  gejala demam, malaise, batuk, fotofobia, konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul timbul  bercak  Koplik.  Bercak  Koplik berwarna putih keabu-abuan, sebesar ujung jarum timbul pertama kali pada mukosa bukal yang  menghadap gigi molar dan menjelang  kira-kira hari ke 3 atau 4 dari masa prodormal dapat meluas sampai seluruh mukosa mulut. Secara klinis, gambaran penyakit menyerupai influenza dan sering didiagnosis sebagai influenza.
2.    Stadium Erupsi
Stadium ini berlangsung selama 4-7 hari. Gejala yang biasanya terjadi adalah batuk. Timbul eritema (bintik-bintik merah) dipalatum durum dan palatum  mole. Kadang terlihat pula bercak Koplik. Terjadinya ruam atau eritema disertai naiknya suhu badan. Mula-mula eritema timbul dibelakang  telinga, dibagian atas tengkuk, sepanjang rambut  dan  bagian belakang bawah. Kadang-kadang terdapat perdarahan ringan pada kulit. Rasa gatal, muka bengkak. Ruam kemudian akan menyebar kedada dan abdomen dan akhirnya mencapai anggota bagian bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya yang berakhir dalam 2-3 hari.
3.    Stadium konvalesensi
Eritema berkurang meninggalkan bekas yang berwarna lebih tua (hiperpigmentasi) yang lama-kelamaan akan menghilang sendiri. Selain hiperpigmentasi pada anak di Indonesia sering ditemukan pula kulit yang bersisik (kulit yang kering). Selanjutnya suhu menurun sampai menjadi normal kecuali bila ada komplikasi. Pada stadium ini juga anak mengalami perubahan psikologis yang merasa ingin menyendiri akibat mengetahui penyakitnya yang menular serta ditempatkan pada ruang isolasi.
                                                                                                      (Sakinah.2010)
C.       Etiologi
Adanya virus yang tergolong kedalam famili paramyxovirus yaitu genus virus morbili. virus morbili yang terdapat dalam sekret nasofaring dan darah selama masa prodormal sampai 24 jam setelah timbul bercak-bercak. Cara penularan campak adalah dengan droplet dan kontak langsung dengan penderita. penularan penyakit campak berlangsung sangat cepat melalui perantara udara atau semburan ludah (droplet) yang terhisap lewat hidung atau mulut. Penularan tersebut terjadi antara anak yang menderita campak kepada anak yang sehat. Anak yang menderita campak biasanya ditempatkan di ruang isolasi untuk mencegah terjadinya penularan antar anak yang tidak menderita campak dengan anak yang menderita campak.
Biasanya penyakit ini timbul pada masa anak dan kemudian menyebabkan kekebalan seumur hidup. Bayi yang dilahirkan oleh ibu yang pernah menderita morbili akan mendapat kekebalan secara pasif (melalui plasenta) sampai umur 4-6 bulan dan setelah umur tersebut kekebalan akan mengurang sehingga si bayi dapat menderita morbili. Bila seseorang wanita menderita morbili ketika ia hamil 1 atau 2 bulan, maka 50% kemungkinan akan mengalami abortus, bila ia menderita morbili pada trimester I, II, atau III maka ia akan mungkin melahirkan seorang anak dengan kelainan bawaan atau seorang anak dengan BBLR, atau lahir mati atau anak yang kemudian meninggal sebelum usia 1 tahun.
                                                                                            (Sakinah.2010)
D.  Tanda dan Gejala
1.    Stadium Kataral
a.         Biasanya stadium ini  berlangsung selama  3 – 5 hari  disertai demam, lesu, batuk, konjungtivitis (peradangan pada konjungtiva),  dan fotofobia (mata sensitif terhadap cahaya).
b.        Menjelang akhir  stadium  ini 24 jam  sebelum  timbulnya eritema (titik merah) timbulnya bercak koplik (terdapat pada langit-langit mulut berupa titik-titik putih keabu-abuan).
2.    Stadium erupsi
a.    Batuk-batuk bertambah (akibat adanya infeksi paramyxovirus di saluran pernafasan).
b.    Timbul eritema (titik merah) di palatum  durummole (atap rongga mulut yang keras dan lunak)
c.    Eritema (titik merah) meningkat
d.   Suhu tinggi 40-40,5°C (akibat adanya tanda-tanda infeksi oleh paramyxovirus)
e.    Rasa gatal (akibat adannya lesi)
f.     Diare (Akibat paramyxovirus yang menginfeksi organ usus pada sistem pencernaan)
3.    Stadium konvalensi
a.    Terjadinya perubahan psikologi (rasa ingin menyendiri) akibat adanya penyakit campak yang menular.
b.    Suhu tubuh menurun bila tidak ada infeksi.
                      (Hartanto.2009)
E.   Patofisiologi
Morbili merupakan infeksi umum dengan lesi patologis yang khas. Pada stadium prodromal terdapat hiperplasi jaringan limfoid pada tonsil, adenoid, kelenjar limfe dan apendiks. Virus morbili dapat disebarkan oleh droplet atau kontak langsung dengan penderita. Biasanya stadium kataral berlangsung selama 4-5 hari disertai panas, malaise, batuk, fotofobia, dan konjungtivitis. Menjelang akhir stadium kataral dan 24 jam sebelum timbul eritema, timbul bercak Koplik yang patogmonorik bagi morbili, tetapi sangat jarang dijumpai. Bercak Koplik berwarna putih kelabu, sebesar ujung jarum dan dikelilingi oleh eritema.
Sebagai reaksi terhadap virus maka terjadi eksudat (sel yang rusak) dan proliferasi sel mononukleus dan terjadi peningkatan pada beberapa sel polimorfonukleus di sekitar kapiler. Kelainan ini terdapat pada kulit, selaput lendir nasofaring, bronkus, saluran cerna dan konjungtiva.
Pada konjungtiva, virus morbili akan menghasilkan eksudat di sekitar pembuluh kapiler sehingga timbul peradangan pada konjungtiva atau disebut konjungtivitis. Bila sudah terjadi peradangan maka mata akan terasa sensitif terhadap cahaya.
Pada stadium erupsi terjadinya eritema disertai meningkatnya suhu badan, rasa gatal. Ruam mencapai anggota bawah pada hari ketiga dan akan menghilang dengan urutan seperti terjadinya dan diare. Poliferase sel endotel kapiler mengakibatkan eksudasi serum yang kemudian akan timbul lesi.
Pada stadium konvalensi terjadi perubahan psikologis (rasa ingin menyendiri), yang kemudian klien tidak mau bermain dengan temannya sehingga terjadi gangguan interaksi sosial pada anak.
                                                                                                (Rampengan.2007)
F.   Patway

G.  Pemeriksaan Penunjang
1.      Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), untuk menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit. Pada anak yang menderita biasanya dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa:
a.       Pemeriksaan laboratorium dengan sampel darah adalah pemeriksaan dengan mengambil darah klien pada pembuluh vena untuk mengetahui status penyakit yang diderita oleh klien. Pada pemeriksaan darah terdapat peningkatan leukosit (jika terjadi infeksi dengan leukosit lebih dari batas normal) atau penurunan leukosit (leukosit kurang dari batas normal), eritrosit normal, HB normal dan Albumin normal yang terdiri dari:

d.      Penilaian apgar harus segera di lakukan 1 menit begitu bayi lahir dan diulang tiap interval 5 menit sampai di peroleh nilai apgar yang merujuk pada kondisi bayi normal. Jika setelah beberapa kali penilaian, nilai apgar tetap rendah (antara 0-3) maka besar kemungkinan hal ini mengindikasi resiko tinggi terjadinya kematian atau penyakit. Bayi yang lahir normal biasanya dapat di lihat dari nilai apgar pada menit pertama dan lima menit kemudian. Penilaian apgar pertama menunjukan toleransi bayi terhadap proses kelahirannya. Sedangkan penilaian apgar 5 menit menunjukan toleransi bayi terhadap lingkungan.
e.       Hubungan apgar scor dengan campak
Anak menderita campak bisa terjadi karena saat hamil ibu menderita campak atau lahir dengan berat badan yang rendah, lahir dengan nilai apgar scor yang tidak normal. Biasanya memiliki nilai A: 2, P: 2, G:2, A: 2, R: 1 dengan R yang sedikit tidak normal dimana pernafasan tidak teratur hal ini terjadi karena ibu terkena campak ketika hamil. Dimana paramyxovirus menginfeksi saluran pernafasan ibu dan ikut aliran darah kemudian ke plasenta dimana plasenta adalah sumber kehidupan bayi ketika dalam kandungan kemudian paramyxovirus menyerang sistem pernafasan pada bayi yang menyebabkan pernafasan bayi ketika lahir tidak teratur. Sehingga bayi yang lahir rentan terhadap penyakit campak akibat adanya paramyxovirus yang dibawa oleh ibunya sejak mengandung.
        (Ngastiyah.2007)
H.  Penatalaksanaan
1.      Penatalaksanaan Medis
a.       Pengobatan simptomatik dengan antipiretika bila suhu tinggi (paracetamol 120 mg/5 ml dengan dosis anak usia 8-12 tahun 2-3 sendok makan 3x1, anak usia 1-7 tahun 1-2 sendok makan 3x1 dan anak usia kurang 1 tahun 1 sendok makan 3x1), dan obat batuk (ambroxol tablet 30 mg dan ambroxol sirup 5 ml mengandung 15 mg dengan dosis anak usia 1-2 tahun setengah sendok teh 2x1, anak usia 3-5 tahun setengah sendok teh 3x1, dan anak usia lebih dari 5 tahun 1 sendok teh sirup 3x1).
b.      Pemberian obat antibiotika (amoxcilin 500 mg dengan dosis anak usia kurang 3 bulan 20-30 mg/kg/hari setiap 12 jam dan anak usia lebih dari 3 bulan 20-50 mg/kg/hari setiap 8-12 jam) diberikan ketika terjadi komplikasi berupa infeksi sekunder (seperti pneumonia dan otitis media)
2.      Penatalaksanaan Keperawatan
a.    Penkes kepada orangtua anak mengenai makanan yang baik dikonsumsi untuk anak, contoh makanan yang baik dikonsumsi oleh anak adalah 4 sehat 5 sempurna dimana terdiri dari makanan yang tinggi protein (protein nabati: tempe, tahu dan protein hewani: susu, daging, ikan), vitamin (buah, sayur), berkalori dan mengandung serat, dan berkalsium (susu), berkarbohidrat (nasi, gandum, ketela).
b.    Mengukur suhu tubuh klien dengan menggunakan termometer setiap 3 jam sekali untuk mengetahui kondisi klien (terjadi perubahan atau tidak terhadap suhu tubuh klien).
c.    Memberikan kompres hangat pada klien untuk membantu menurunkan suhu tubuh klien.
d.   Mengkaji daerah yang gatal (yang terdapat lesi).
e.    Penkes kepada orantua si anak jika suhu tubuh anak turun untuk mengurangi rasa gatal dapat dimandikan dengan air hangat untuk membantu membersihkan tubuh anak dari bakteri yang menempel pada tubuh anak.          
f.     Penkes kepada orang tua mengenai cara memberikan minum kepada anak yang baik (Dudukkan anak pada waktu minum atau dipangku untuk mencegah anak agar tidak tersedak ketika minum).
g.    Penkes pemberian gizi yang baik bagi anak agar mereka tidak mendapat infeksi dan tidak akan mudah timbul komplikasi yang berat, lingkungan tempat tinggal yang harus baik (kondusif) terhindar dari polusi, penyakit menular, kotor atau kumuh.
3.      Pencegahan
a.       Melakukan vaksinasi campak (vaksin pertama umur 9 bulan dan vaksin kedua umur 6 tahun) yang diberikan dengan cara sub cutan, tujuannya agar imunitas anak dapat terbangun lebih kuat untuk menghancurkan serangan paramyxovirus. Sebagai catatan sekali saja anak terkena virus tersebut dipastikan seterusnya anak tidak akan terkena kembali virus campak.
b.      Istirahat yang cukup dan konsumsi makanan bergizi, tujuannya agar kondisi tubuh anak tetap sehat. Kondisi tubuh sehat jelas akan mudah menghalang serangan virus campak yang masuk ke dalam tubuh anak.
c.       Rutin – rutinlah memeriksakan anak kedokter untuk memastikan kondisi anak dalam keadaan sehat, karena tidak semua penyakit campak menunjukan bentuk fisiknya secara nyata
d.      Mengenakan masker ketika bepergian jauh atau beraktifitas diluar ruangan, ini penting  dilakukan karena virus campak menyebar melalui udara yang dihirup oleh anak, ketika sudah terhirup dan virus tersebut tidak dapat dibunuh oleh imun (sistem kekebalan tubuh) anak maka kemungkinan besar anak tersebut akan segera terjangkiti penyait campak.
e.       Konsumsi vitamin penambah daya tahan tubuh agar imun dan kondisi tubuh tetap stabil dalam menjaga kesehatan anak.
f.       Cara merawat tubuh anak ketika terkena campak:
1.   Dahulu orang tua takut memandikan anaknya bila terkena campak. Namun hal ini tidak benar. Anak penderita campak tetap boleh dimandikan. Karena kelainan kulit pada penyakit campak tidak mengalami infeksi, maka tidak perlu memandikannya dengan cairan anti septik khusus. Basuhlah tubuh anak dengan air hangat agar tubuhnya tetap bersih. Setelah selesai mandi tubuh di taburkan bedak salisil atau bedak anti gatal lainnya.
2.   Setelah beberapa hari bintik-bintik merah akan menyembuh. Bekasnya akan menjadi kehitaman dan kadang bersisik (kulit kering). tapi tidak perlu khawatir. Oleskan saja lotion atou krim pelembap pada kulit setiap habis mandi. Lakukan terus menerus hingga  kulit tidak bersisik (tidak kering) lagi.
        (Ngastiyah.2007)
I.     Komplikasi
1.      Pneumoni
Karena perluasan infeksi virus disertai dengan infeksi sekunder. Bakteri yang menimbulkan pneumoni pada morbili adalah streptokok, pneumokok, stafilokok, hemofilus influensae dan kadang-kadang dapat disebabkan oleh pseudomonas dan klebsiela.
2.      Ensefalitis
Akibat invasi langsung virus morbili ke otak, aktivasi virus yang laten, atau ensefalomielitis (suatu peradangan pada otak yang juga disebabkan oleh virus).
3.      Otitis media merupakan salah satu komplikasi paling sering. Biasa terjadi akibat invasi virus ke dalam telinga tengah (tuba eustachii). Bila disertai infeksi, dapat terjadi  otitis media purulenta (infeksi yang terjadi pada telinga bagian tengah sebelah dalam gendang telinga).
4.      Mastoiditis merupakan komplikasi dari otitis media (infeksi tulang mastoid tengkorak. Mastoid ini terletak tepat di belakang telinga). Dengan pemberian antibiotik, komplikasi dapat dicegah.
                                                                                    (Rampengan.2007)


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
  1. Pengkajian
1.    Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama , suku dana kebangsaan, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor register, tanggal Masuk Rumah Sakit , diagnosa medis.
2.    Keluhan utama
Keluhan utama pada pasien dengan morbili yaitu demam terus-menerus T berlangsung 2 – 4 hari.        
3.    Riwayat penyakit saat ini
a.    Anamnesa adanya demam terus-menerus berlangsung 2 – 4 hari, batuk, pilek, nyeri menelan, mata merah, silau bila kena cahaya (fotofobia), diare, ruam kulit.
b.    Adanya nafsu makan menurun, lemah, lesu.
4.    Riwayat penyakit dahulu
a.       Anamnesa pada pengkajian mengenai riwayat kehamilan dan kelahiran.
b.      Anamnesa riwayat penyakit yang pernah diderita pada masa lalu, riwayat imunisasi campak.
c.       Anamnesa riwayat kontak dengan orang yang terinfeksi campak.
5.    Riwayat penyakit keluarga
Dapatkan data tentang hubungan kekeluargaan dan hubungan darah, apakah klien beresiko terhadap penyakit yang bersifat genetik atau familial.
6.    Pemeriksaan fisik
a.       Mata: terdapat konjungtivitis, fotophobia
b.      Kepala: (nyeri kepala)
c.       Hidung: Banyak terdapat secret, influenza, perdarahan hidung ( pada stad eripsi ).
d.      Mulut dan bibir : Mukosa bibir kering, stomatitis, batuk, mulut terasa pahit.
e.       Kulit : Permukaan kulit ( kering ), turgor kulit, rasa gatal, ruam makuler pada leher,muka, lengan dan, evitema, panas (demam).
f.       Pernafasan : Pola nafas, RR, batuk, sesak nafas, wheezing, rhonci, sputum.
g.      Tumbuh Kembang : BB, TB, BB Lahir, Tumbuh kembang R/ imunisasi.
7.    Pengkajian Pola fungsional
a.       Pola nutrisi (anak mengalami anoreksia sehingga nutrisi dalam tubuh anak berkurang).
b.      Pola eliminasi (anak mengalami diare akibat paramyxovirus menginfeksi organ usus yang mengakibatkan iritasi pada mukosa usus sehingga sistem pencernaan menjadi abnormal)
c.       Pola tidur dan istirahat (anak tidak dapat tidur karena terdapat rasa gatal pada kulit akibat adanya eritema dan bercak koplik, bahkan lesi)
d.      Pola aktivitas (anak mengalami gangguan aktivitas karena demam dan malaise).
         (Smetzler.2008)
  1. Diagnosa
1.        Jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan peningkatan produksi sekret.
2.        Gangguaan kebutuhan cairan elektrolit berhubungan dengan intake output cairan yang meningkat
3.        Gangguan peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan adanya agen infeksius.
4.        Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kegagalan untuk mencerna atau ketidak mampuan mencerna makanan atau absorpsi nutrien yang diperlukan.
5.        Gangguan rasa nyaman (nyeri) berhubungan dengan lesi kulit.
6.        Gangguan pola eliminasi berhubungan dengan saluran pencernaan yang abnormal.
7.        Gangguan interaksi sosial berhubungan dengan isolasi dari teman sebaya.
8.        Resiko tinggi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan penggarukan pruritus.
                                                                                                  (Potter.2009)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar