BAB I
PENDAHULUAN
- Latar Belakang
Mioma uteri adalah tumor jinak yang tumbuh pada rahim. Disebut fibromioma uteri, leiomioma, atau uterine fibroid dalam istilah
kedokterannya. Mioma uteri merupakan tumor kandungan yang terbanyak pada organ
reproduksi wanita. Kejadiannya lebih tinggi pada usia di atas 35 tahun, yaitu
mendekati angka 40 %. Tingginya kejadian mioma uteri antara usia 35-50 tahun,
menunjukkan adanya hubungan mioma uteri dengan estrogen. Berdasarkan
penelitian World health organisation
(WHO) penyebab angka kematian ibu karna mioma uteri pada tahun 2010 sebanyak 22
(1,95 %) kasus dan tahun 2011 sebanyak
21 (2,04 %) kasus. Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara
kebetulan pada pemeriksaan pelvik rutin. Pada penderita memang tidak mempunyai
keluhan apa-apa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengandung satu tumor dalam
uterus.
(Depkes RI.2008)
Penyakit mioma uteri berasal dari otot polos rahim. Beberapa teori
menyebutkan pertumbuhan tumor ini disebabkan rangsangan hormon estrogen. Pada
jaringan mioma jumlah reseptor estrogen lebih tinggi dibandingkan jaringan otot
kandungan (miometrium) sekitarnya sehingga mioma uteri ini sering kali tumbuh
lebih cepat pada kehamilan (membesar pada usia reproduksi) dan biasanya
berkurang ukurannya sesudah menopause (mengecil pada pascamenopause) Sering
kali mioma uteri membesar ke arah rongga rahim dan tumbuh keluar dari mulut
rahim. Ini yang sering disebut sebagai Myoma Geburt (Geburt berasal dari bahasa
German yang berarti lahir). Tumor yang ada dalam rahim dapat tumbuh lebih dari
satu, pada perabaan memiliki konsistensi kenyal, berbentuk bulat dan permukaan
berbenjol-benjol seperti layaknya tumor perut. Beratnya bervariasi, mulai dari
beberapa gram saja, namun bisa juga mencapai 5 kilogram atau lebih.
Mioma uteri dapat ditemukan melalui pemeriksaan
ginekologi rutin.Diagnosis mioma uteri dicurigai bila dijumpai gangguan kontur
uterus oleh satu atau lebih massa yang lebih licin, tetapi sering sulit untuk
memastikan bahwa massa seperti ini adalah bagian dari uterus. Sedangkan untuk
pemeriksaan untuk mengetahui adanya mioma dapat dilakukan Ultrasonografi,
Histeroskopi dan MRI (Magnetic Resonance Imaging) yang Akurat dalam
menggambarkan jumlah, ukuran, dan lokasi mioma tetapi jarang diperlukan karena
keterbatasan ekonomi dan sumber daya. MRI dapat menjadi alternatif
ultrasonografi pada kasus-kasus yang tidak dapat disimpulkan.
(Manuaba.2010,Hal 556)
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari
otot polos dinding uterus.
(Wim de Jong.2007)
Mioma uteri merupakan tumor jinak
miometrium dengan ciri tersendiri, bulat, keras, berwarna putih hingga merah
muda pucat, sebagian besar terdiri dari otot polos dengan beberapa jaringan
ikat
(Benson.2009)
Mioma uteri adalah neoplasma jinak yang berasal dari
otot uterus dan jaringan ikat yang menumpangnya, sehingga dalam kepustakaan
dikenal juga istilah fibromioma, leiomioma, ataupun fibroid.
(Winkjosastro.2009,Hal 338)
Mioma Uteri adalah tumor jinak pada otot rahim,
disertai jaringan ikat sehingga dapat dalam bentuk padat, karena jaringan ikat
dan otot rahimnya yang dominan.
(Manuaba.2010,Hal 556)
B. Klasifikasi
Berdasarkan
lapisan uterus mioma uteri dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1.
Mioma uteri submukosa
Mioma submukosa adalah mioma uteri yang terdapat di
lapisan mukosa uterus dan tumbuh ke arah kavum uterus, mioma submukosum ini
dapat pula bertangkai dan keluar ke vagina melalui kanalis servikalis yang
disebut myomageburt.
Berada di bawah endometrium dan menonjol ke dalam
rongga uterus. Jenis ini sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma
jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan perdarahan, tetapi
mioma submukosa walaupun kecil sering memberikan keluhan gangguan perdarahan. Mioma Submukosa umumnya dapat
diketahui dari tindakan kuretase, dengan adanya benjolan waktu kuret, dikenal
sebagai currete bump dan dengan pemeriksaan histeroskopi
dapat diketahui posisi tangkai tumor. Tumor
jenis ini sering mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.
Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang mempunyai
tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke vagina.
2.
Mioma uteri intramural
Mioma intramural adalah mioma uteri yang terdapat di dalam dinding
uterus (lapisan miometrium). Karena pertumbuhan tumor, jaringan
otot sekitarnya akan terdesak. Bila di
dalam dinding rahim dijumpai banyak mioma, maka uterus akan mempunyai bentuk
yang berbenjol – benjol dengan konsistensi yang padat.
Mioma yang terletak pada dinding depan uterus, dalam pertumbuhannya akan
menekan dan mendorong kandung kemih ke atas, sehinga dapat menimbulkan keluhan
miksi. Tidak memberikan
gejala klinis yang berarti, kecuali rasa tidak enak
karena adanya massa tumor di daerah perut sebelah bawah.
3.
Mioma uteri subserosa
Mioma subserosa adalah mioma uteri yang terdapat di
lapisan serosa uterus dan tumbuh kearah rongga peritonium, mioma subserosa
dapat pula bertangkai yang disebut mioma pedunkularis (peduncullated), dan
apabila terlepas dari induknya dan berjalan-jalan atau dapat menempel dalam
rongga peritoneum disebut wandering atau parasitic fibroid. Lokasi
tumor di subserosa korpus uteri hanya
sebagai tonjolan saja, dapat pula sebagai satu massa yang dihubungkan dengan
uterus melalui tangkai. Mioma
yang cukup besar akan mengisi rongga peritoneal sebagai suatu massa. Mioma ini
dapat menyebabkan torsi jika pertumbuhannya semakin membesar.
(Nurana.2007)
C. Etiologi
Penyebab pasti dari mioma pada rahim masih
belum diketahui secara jelas. Namun beberapa penelitian mengatakan bahwa mioma muncul dari satu sel ganas yang
berada diantara otot polos dalam rahim. Selain itu adanya faktor keturunan sebagai
penyebab mioma. Pertumbuhan dari mioma uteri di duga berkaitan dengan hormon
estrogen. Mioma menunjukkan pertumbuhan maksimal selama masa reproduksi, ketika
pengeluaran estrogen maksimal dan dapat bertambah besar dengan cepat selama
kehamilan dimana saat itu kadar estrogennya sangat tinggi. Tidak didapatkan
bukti bahwa hormon estrogen berperan sebagai penyebab mioma namun diketahui
bahwa estrogen berpengaruh terhadap pertumbuhan mioma.
Sering kali mioma uteri membesar ke
arah rongga rahim dan tumbuh keluar dari mulut rahim. Ini yang sering disebut
sebagai Myoma Geburt (Geburt berasal dari bahasa German yang berarti lahir).
Tumor yang ada dalam rahim dapat tumbuh lebih dari satu, pada perabaan memiliki
konsistensi kenyal, berbentuk bulat dan permukaan berbenjol-benjol seperti
layaknya tumor perut. Beratnya bervariasi, mulai dari beberapa gram saja, namun
bisa juga mencapai 5 kilogram atau lebih.
(Nurana.2007)
D. Tanda
dan Gejala
1. Perdarahan
abnormal (hipermenore, menoragia, metroragia)
a. Pengaruh
ovarium sehingga terjadi hiperplasi endometrium.
b. Permukaan
endometrium yang lebih luas dari biasanya.
c. Atrofi
endometrium di atas mioma submukosum.
d. Meometrium
tidak dapat berkontraksi optimal karena adanya sarang mioma di antara serabut
miometrium sehingga tidak dapat menjepit pembuluh darah yang melaluinya dengan
baik.
2. Nyeri
Nyeri ini dapat timbul karena gangguan sirkulasi
yang di sertai nekrosis setempat dan peradangan. Pada mioma submukosum yang
dilahirkan dapat menyempitkan canalis servikalis sehingga menimbulkan dismenore.
3. Gejala
penekanan
Penekanan pada vesika urinaria menyebabkan poliuri,
pada uretra menyebabkan retensi urin, pada ureter menyebabkan hidroureter dan
hidronefrosis , pada rektum menyebabkan obstipasi dan tanesmia, pada pembuluh
darah dan limfe menyebabkan edema tungkai dan nyeri panggul.
4. Disfungsi
reproduksi
Mioma uteri dapat menyebabkan sumbatan dan gangguan
transportasi gamet dan embrio akibat terjadinya oklusi tuba bilateral, juda
dapat menyebabkan gangguan kontraksi ritmik uterus yang sebenarnya diperlukan
untuk motilitas sperma di dalam uterus. Perubahan bentuk kavum uteri karena
adanya mioma dapat menyebabkan disfungsi reproduksi. Gangguan implantasi embrio
dapat terjadi pada keberadaaan mioma akibat perubahan histologi endometrium
dimana terjadiatrofi karena kompresi masa tumor.
(Sofian.2012)
E. Patofisiologi
Myoma merupakan tumor yang paling umum pada traktus
genitalia. Myoma terdiri atas serabut-serabut otot polos yang diselingi dengan
untaian jaringan ikat dan dikelilingi kapsul yangn tipis. Tumor ini dapat
berasal dari setiap bagian duktus Muller, tetapi paling sering terjadi pada
miometrium. Disini beberapa tumor dapat timbul secara serentak. Unkuran tumor
dapat bervariasi dari sebesar kacang polong hingga sebesar bola kaki.
Penyebab terjadinya myoma uteri belum diketahui
secara pasti. Tumor ini mungkin berasal dari sel otot yang normal, dan otot
imatur yang ada di dalam miometrium atau dari sel embrional pada dinding darah
uteri. Apapun asalnya, tumor dimulai dari benih-benih multiple yang sangat
kecil dan tersebar pada miometrium. Benih ini tumbuh sangat lambat tetapi
progresif (bertahun-tahun, bkan dalam hitungan bulan), di bawah pengaruh
estrogen sirkulasi, dan jika tidak terdeteksi dan diobati dapat membentuk tumor
dengan berat 10 kg atau lebih. Namun sekarang, sudah jarang karena cepat
terdeteksi. Mula-mula tumor berada intramural, tetapi ketika tumbuh dapat
berkembang ke berbagai arah. Setelah menopause, ketika estrogen tidak lagi
disekresi dalam jumlah yangn banyak, maka myoma cenderung mengalami atrofi.
Jika tumor dipotong, akan menonjol diatas miometrium sekitarnya karena
kapsulnya berkontraksi. Warnanya abu-abu keputihan, tersusun atas berkas-berkas
otot jalin menjalin dan melingkar-lingkar di dalam matriks jaringan ikat. Pada
bagian perifer serabut otot tersusun atas lapisan konsentrik, dan serabut otot
normal yang mengelilingi tumor berorientasi yang sama. Antara tumor dan
miometrium normal, terdapat pseudokapsul, tempat masuknya pembuluh darah ke
dalam myoma.
Pada pemeriksaan dengan mikroskop, kelompok-kelompok
sel otot berbentuk kumparan dengan inti panjang dipisahkan menjadi
berkas-bebrkas oleh jaringan ikat. Karena seluruh suplai darah myoma berasal
dari beberapa pembbuluh darah yang masuk dari pseudokapsul, berarti pertumbuhan
tumor tersebut selalu melampaui suplai darahnya. Ini menyebabkan degenerasi,
terutama pada bagian tengah myoma. Mula-mula terjadi degenerasi hialin, atau
klasifikasi dapat etrjadi kapanpun oleh ahli ginekologi pada abad ke-19
disebuut sebagai “batu rahim”. Pada kehamilan dapat terjadi komplikasi jarang
(degenerasi merah). Ini diikuti ekstravasasi darah diseluruh tumor, yang
memberikan gambaran seperti daging sapi mentah. Kurang dari 0,1% terjadi
perubahan tumor menjadi sarcoma.
Jika myoma terletak sub endometrium, mungkin
disertai dengan menorhagia. Jika perdarahan yang hebat menetap, mungki akan
mengalami anemia.saat uterus berkontraksi, dapat timbul nyeri. Myoma sub
endometrium yang bertangkai dapat menyebabkan persisten dari uterus. Dimanapun
posisinya di dalam uterus, myoma besar dapat menyebabkan gejala penekanan pada
panggul, disuria, sering kencing dan konstipasi atau nyeri punggung jika uterus
yang membesar menekan rectum.
(Manuaba.2010,Hal 55
F. Patway
G. Pemeriksaan
Penunjang
1. Pemeriksaan
Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium adalah suatu
tindakan dan prosedur pemeriksaan khusus dengan mengambil bahan atau sampel
dari penderita, dapat berupa urine (air kencing), darah, sputum (dahak), untuk
menentukan diagnosis atau membantu menentukan diagnosis penyakit. Pada anak
yang menderita biasanya dilakukan pemeriksaan laboratorium berupa:
a.
Pemeriksaan
laboratorium dengan sampel darah adalah pemeriksaan dengan mengambil darah
klien pada pembuluh vena untuk mengetahui status penyakit yang diderita oleh
klien. Pada pemeriksaan darah terdapat peningkatan leukosit (jika terjadi
infeksi dengan leukosit lebih dari batas normal) atau penurunan leukosit
(leukosit kurang dari batas normal), eritrosit menurun, HB menurun dan Albumin
menurun yang terdiri dari:
1.
Leukosit (sel
darah putih)
Leukosit adalah sel darah putih yang
diproduksi oleh jaringan hemopoetik yang berfungsi untuk membantu tubuh melawan
berbagai penyakit infeksi sebagai bagian dari sistem kekebalan tubuh, nilai
normal leukosit:
Umur
|
Nilai
normal
|
|
Bayi baru
lahir
|
9000-30.000
uI/mm3
|
>30.000 (leukositas: terjadi infeksi)
<9000
(leukopenia)
|
Anak/Bayi
|
9000-12.000
uI/mm3
|
>12.000
(leukositas: terjadi infeksi)
<9000
(leukopenia)
|
Dewasa
|
4000-10.000
uI/mm3
|
>10.000
(leukositas: terjadi infeksi)
<4000
(leukopenia)
|
2.
Eritrosit
Eritrosit adalah jenis sel darah yang paling banyak
dan berfungsi membawa oksigen ke jaringan tubuh. Sel darah merah aktif selama
120 hari sebelum akhirnya dihancurkan.
Umur
|
Nilai
normal
|
Pria
|
4,6-6,2
jt/mm3
|
Wanita
|
4,2-5,4
jt/mm3
|
3.
HB
Hemoglobin adalah molekul di dalam eritrosit (sel
darah merah) dan bertugas untuk mengangkut oksigen. Kualitas darah dan warna
merah pada darah ditentukan oleh kadar hemoglobin.
Umur
|
Nilai
normal
|
Wanita
|
12-16
gr/dL
|
Pria
|
14-18
gr/dL
|
Anak
|
10-16
gr/dL
|
Bayi baru
lahir
|
12-24
gr/dL
|
4.
Albumin
Albumin adalah protein yang larut dalam air, membentuk
lebih dari 50% protein plasma, ditemukan hampir di setiap jaringan tubuh.
Albumin di produksi di hati dan berfungsi untuk mempertahankan tekanan koloid
osmotik darah sehingga tekanan cairan vaskuler (cairan di dalam pembuluh darah)
dapat dipertahankan.
Umur
|
Nilai
normal
|
Dewasa
|
3,8-5,1
gr/Dl
|
Anak
|
4,0-5,8
gr/dL
|
Bayi
|
4,4-5,4
gr/dL
|
Bayi baru
lahir
|
2,9-5,4
gr/dL
|
2. USG
USG itu adalah kepanjangan dari Ultrasonography yang
artinya adalah alat yang prinsip dasarnya menggunakan gelombang suara frekuensi
tinggi yang tidak dapat didengar oleh telinga kita. Dengan alat USG ini
sekarang pemeriksaan organ-organ tubuh dapat dilakukan dengan aman (tidak ada
Efek radiasi). Manfaat USG pada penderita mioma uteri ini adalah untuk menentukan jenis tumor, lokasi mioma,
ketebalan endometrium dan keadaan adneksa dalam rongga pelvis.
3. Tes
Kehamilan
Tes
kehamilan adalah sebuah tindakan untuk mencari tahu tentang adanya tanda-tanda
hormon yang berasal dari plasenta, pada darah dan pada urine perempuan,
sehingga dapat dipastikan adanya proses kehamilan atau tidak (ada kelainan).
Pada penderita mioma uteri ini perlu dilakukan tes kehamilan karena untuk
mengetahui ada tidaknya hormon Chorionic gonadotropin, karena bisa membantu dalam
mengevaluasi suatu pembesaran uterus, apakah oleh karena kehamilan atau oleh
karena adanya suatu mioma uteri yang dapat menyebabkan pembesaran uterus
menyerupai kehamilan.
4. Histerokopi
Histerokopi
adalah sebuah prosedur untuk melihat bagian dalam uterus atau rahim dengan
menggunakan teleskop kecil (histeroskop). Manfaatnya untuk menilai pasien mioma submukosa
disertai dengan infertilitas atau tidak.
(Manuaba.2010,Hal 556)
H. Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan
Pre Operasi
a. Penatalaksanaan
Medis
1. Radioterapi
Radioterapi adalah adalah salah satu
metode pengobatan untuk berbagai jenis kanker, dimana ia menggunakan sinar
radiasi untuk membunuh sel-sel kanker. Tujuannya adalah agar ovarium tidak berfungsi lagi
sehingga penderita mengalami menopause. Radio terapi ini umumnya hanya
dikerjakan kalau terdapat kontraindikasi untuk tindakan operatif.
2. Tindakan
Operasi
a. Myomectomi
Myomectomi
adalah tindakan operasi yang dilakukan untuk mengangkat tumor jinak. Pengambilan sarang mioma saja tanpa pengangkatan
uterus. Dengan cara ekstirpasi lewat vagina.
b.
Hysterectomi
Pengangkatan uterus yang merupakan tindakan terpilih,
hysterektomi dapat dilaksanakan perabdominal atau pervaginal.
b. Penatalaksanaan
Keperawatan
1. Melakukan
penkes tentang tindakan operatif kepada klien mengenai tahapan persiapan
operasi, proses operasi, risiko setelah melakukan operasi.
2. Mengkaji
status nutrisi yang di butuhkan oleh klien
3. Mengkaji
skala nyeri klien
4. Mengkaji
tanda-tanda vital pada klien
5. Memberikan
relaksasi napas dalam pada klien dalam mengurangi rasa nyeri yang diderita klien.
6. Menganjurkan
klien untuk puasa selama 8 jam sebelum dilakukan tindakan operasi.
2. Penatalaksanaan
Post Operasi
a. Penatalaksanaan
Medis
1. Pemberian
obat analgesik (Paracetamol 500 mg) untuk mengurangi rasa nyeri pada klien
akibat tindakan operasi (terputusnya kontinuitas jaringan)
2. Tes
laboratorium (tes darah rutin) untuk mengetahui kondisi tubuh pasien setelah
dilakukan tindakan pembedahaan (operasi)
3. Penatalaksanaan
diet pada klien untuk memenuhi kebutuhan nutrisi pada tubuh klien (dengan
makanan tinggi protein) setelah dilakukan pembedahan (operasi)
4. Pemberian
obat antibiotik (amoxilin 500 mg) berguna menghambat pertumbuhan bakteri akibat
adanya pembedahan yang kontak dengan alat-alat pembedahan
b. Penatalaksanaan
Keperawatan
1. Melakukan
TTV pada klien
2. Memberikan
posisi senyaman mungkin pada klien (posisi semi fowler)
3. Melakukan
perawatan luka pasca operasi
4. Penkes
tentang makanan yang wajib dikonsumsi bagi klien untuk mempermudah penyembuhan
luka bekas operasi (makanan tinggi protein)
5. Melakukan
mobilitas pada klien
6. Melakukan
pemantuan kebutuhan nutrisi pada klien setelah dilakukan tindakan pembedahan
(operasi)
(Wiknjosastro.2007)
I. Komplikasi
- Degenerasi ganas
Keganasan
umumnya terjadi ditemukan pada pemeriksaan histologi uterus yang telah
diangkat. Kecurigaan akan keganasan uterus apabila mioma uteri cepat membesar
dan apabila terjadi pembesaran sarang mioma dalam menopause.
- Torsi (putaran tangkai)
Sarang mioma
yang bertangkai dapat mengalami torsi, timbul gangguan sirkulasi akut sehingga
mengalami nekrosis, sehingga terjadi sindrom abdomen akut. Sarang mioma dapat
mengalami nekrosis dan infeksi yang diperkirakan karena gangguan sirkulasi
darah padanya.
- Nekrosis dan infeksi
Pada mioma
sub mukosum yang terjadi polip, ujungnya kadang dapat melalui kanalis servikalis
dan dialirkan ke vagina. Dalam hal ini kemungkinan terjadi nekrosis dan infeksi
sekunder, penderita mengeluh tentang pendarahan yang bersifat menoragia atau
metrogania dan leukea.
(Wiknjosastro.2007)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Identitas
Nama, umur, jenis kelamin, agama , suku dana kebangsaan, pendidikan,
pekerjaan, alamat, nomor register,
tanggal Masuk Rumah Sakit, diagnosa medis.
2.
Keluhan utama
Nyeri pada lapang perut bawah, nyeri
dirasakan sampai pinggang, pasien mengalami perdarahan selama 2 hari.
3.
Riwayat penyakit saat ini
- Mendukung keluhan utama dilakukan dengan mengajukan serangkaian pertanyaan mengenai nyeri lapang perut bawah pada klien secara PQRST meliputi :
1.
P (Provoking Incident Nyeri)
Setelah beraktivitas
dan tidak berkurang setelah istirahat dan setelah diberikan nitrogliserin.
2.
Q (Quality of Pain)
Seperti apa
nyeri yang dirasakan klien. Sifat nyeri dapat seperti tertekan, diperas atau
diremas.
3.
R (Region)
Lokasi nyeri
di daerah lapang bawah perut penyebaran nyeri sampai meluas hingga ke pinggang.
4.
S (Severity)
Klien
ditanya dengan menggunakan rentang 0-10
(visual analogue scale-VAS) dan klien akan menilai seberapa berat nyeri yang
dirasakan.
5.
T (Time)
Biasanya
gejala nyeri timbul mendadak. Lama timbulnya umumnya dikeluhkan kurang lebih 15
menit.
4.
Riwayat penyakit dahulu
Apakah sebelumnya klien pernah mengalami nyeri pada lapang dada,
hipertensi, diabetes melitus atau hiperlipidemia. Tanyakan mengenai obat-obat
yang biasa diminum oleh klien pada masa lalu yang masih relevan dengan
obat-obatan.
5.
Riwayat penyakit keluarga
Penyakit yang pernah dialami keluarga, anggota keluarga yang meninggal, dan
penyebab kematian.
6.
Riwayat pekerjaan dan pola hidup
Perawat menanyakan situasi tempat bekerja dan lingkungan. Demikian pula
dengan kebiasaan sosial dengan menanyakan kebiasaan dan pola hidup misalnya
minum alkohol dan obat tertentu.
7.
Riwayat Kehamilan
a.
Gravida (jarang atau tidak pernah
hamil)
b.
Partus (multipara atau nulipara)
c.
Abortus (apakah terdapat riwayat
abortus atau tidak)
d.
Prematur (apakah pernah terjadi
persalinan prematur atau tidak)
8.
Riwayat Hormonal
Apakah
pasien mengonsumsi obat hormonal atau tidak sehingga ada peningkatan esterogen
9.
Riwayat Menstruasi
Adakah
gangguan haid dan usia berapa haid pertama, pernah mengalami:
a.
Dysminore yaitu nyeri yang
berhubungan dengan menstruasi dan paling kuat , bersifat kolik atau terus
menerus
b.
Metrorhagi yaitu perdarahan
pervagina yang berlebih yang tidak teratur dan yang tidak ada hubungannya
dengan siklus haid
c.
Menoraghi yaitu pengeluaran darah
seperti darah menstruasi yang lebih banyak dari pada saat menstruasi dan
terjadi pada siklus mestruasi yang normal
10.
Pemeriksaan fisik terdiri dari TTV,
Head to to (dari junung kepala sampai ujung kaki)
Pada
pemeriksaan fisik ini yang peling umum dilakukan pemeriksaannya sesuai dengan
kondisi tubuh klien tetapi ada hal yang membedakannya dan sering terjadi pada
pasien mioma uteri adalah ketika dilakukan pemeriksaan abdomen dimana:
Inspeksi:
abdomen normal
Auskultasi:
bising usus abnormal
Palpasi: TFU
setinggi pusat, teraba masa solid keras, nyeri tekan diabdomen bagian bawah
Perkusi :
redup di abdomen kuadran bawah
11.
Fokus Pengkajian
a.
Aktivitas
Gejala:
1.
Kelemahan dan keletihan
2.
Perubahan pada pola istirahat dan
jam kebiasaan tidur pada malam hari, adanya faktor-faktor yang mempengaruhi
tidur, misalnya: nyeri, ansietas, berkeringat malam
3.
Keterbatasan partisipasi dalam hobi
4.
Pekerjaan atau profesi dengan
pemajanan karsinogen lingkungan, tingkat stress tinggi
b.
Sirkulasi
Gejala:
Palpitasi, nyeri pada lapang bawah perut.
Tanda:
Perubahan pada TD
c.
Integritas ego
Gejala:
1.
Faktor stress (keuangan, pekerjaan,
perubahan peran) dan cara mengatasi stres (misalnya: merokok, minum alkohol,
menunda mencari pengobatan, keyakinan religius atau spiritual)
2.
Masalah tentang perubahan dalam
penampilan, misalnya: alopesia, lesi cacat akibat pembedahan
3.
Menyangkal diagnosis, perasaan tidak
berdaya, putus asa, rasa bersalah, kehilangan kontrol, depresi.
Tanda:
Menyangkal, menarik diri, marah.
d.
Eliminasi
Gejala:
Perubahan
pada pola defekasi, misalnya: darah pada feses, nyeri pada defekasi, perubahan
eliminasi urinarius, mis: nyeri atau rasa terbakar pada saat berkemih,
hematuria, sering berkemih
Tanda:
Perubahan pada bising usus (bising usus normalnya timbul pada waktu 5 sampai 10
detik), distensi abdomen
e.
Nutrisi (makanan dan cairan)
Gejala:
Kebiasaan
diet buruk (misalnya: rendah serat, tinggi lemak, aditif, bahan pengawet),
anoreksia, mual atau muntah, intoleransi makanan, perubahan pada berat badan;
penurunan berat badan hebat, kakeksia berkurangnya massa otot
Tanda:
Perubahan pada kelembaban atau turgor kulit jelek, edema
f.
Neurosensori
Gejala:
pusing
g.
Pernapasan
Gejala:
Merokok (tembakau, mariyuana, hidup dengan seseorang yang merokok), Pemajanan
asbes.
h.
Nyeri (ketidaknyamanan)
Gejala:
Tidak ada nyeri atau derajat nyeri bervariasi misalnya: ketidaknyamanan ringan
sampai nyeri berat (dihubungkan dengan proses penyakit)
i.
Seksualitas
Gejala:
Masalah seksual mis: dampak pada hubungan, perubahan pada tingkat kepuasan,
nuligravida lebih besar dari usia 30 tahun, multigravida, pasangan seks
multipel, aktivitas seksual dini, herpes genital
(Dongoes.2006)
B. Diagnosa
Keperawatan
1. Pre
Operasi
a. Gangguan
keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan adanya perdarahan pervagina
b. Ansietas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien terhadap informasi mengenai
tindakan operasi
2. Post
Operasi
a. Gangguan
pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya rasa sesak nafas
b. Nyeri
akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat adanya tindakan
pembedahan
c. Gangguan
pola nutrisi berhubungan dengan adanya mual dan muntah
d. Risiko
tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka yang terpapar agen infeksius
(Nanda.2015)
C. Intervensi
Keperawatan
1. Pre
Operasi
a. Gangguan
keseimbangan cairan elektrolit berhubungan dengan adanya perdarahan pervagina
1. Tujuan
dan Kriteria Hasil
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam masalah keperawatan dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
a. Cairan
dalam tubuh klien teratasi
b. Klien
tidak dehidrasi kembali
2. Intevensi
a. Kaji
TTV klien
Rasional:
mengetahui adanya perubahan atau tidak pada TTV klien
b. Kaji
pengeluaran darah
Rasional:
untuk mengetahui seberapa banyak darah yang keluar
c. Kaji
masukan dan pengeluaran cairan tubuh pada klien
Rasional:
untuk mengetahui keseimbangan cairan pada klien
d. Anjurkan
klien untuk banyak minum
Rasional:
membantu menjaga kebutuhan cairan dalam tubuh klien agar tetap seimbang
e. Beri
posisi semi fowler pada klien
Rasional:
membantu klien dalam beristirahat
f. Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian cairan parenteral lewat selang infus (ringer
laktat 500 mg)
Rasional:
untuk membantu dalam penggantian cairan tubuh yang hilang
b. Cemas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan klien terhadap informasi mengenai
tindakan operasi
1.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam diharapkan masalah keperawatan dapat
teratasi dengan kriteria hasil:
a. Klien
tidak merasa cemas ketika akan dilakukan tindakan operasi
b. Pengetahuan
klien terpenuhi megenai tindakan operasi yang akan dijalaninya
2.
Intervensi
a. Kaji
TTV klien
Rasional:
untuk mengetahui TTV klien dalam keadaan normal atau tidak
b. Beri
posisi senyaman mungkin (posisi semi fowler)
Rasional:
untuk membanttu klien dalam melakukan aktivitas maupun dalam beristirahat
c. Beri
support atau semangat pada klien untuk sembuh
Rasional:
menimbulkan rasa percaya diri bahwa penyakit yang di derita dapat sembuh dan
untuk mengurangi rasa cemas pada klien
d. Penkes
tentang tindakan operasi yang akan dilakukan pada klien (histerektomy atau
miomektomi)
Rasional:
untuk memberikan pengetahuan pada klien mengenai tindakan operasi agar klien
dapat percaya diri dan tidak cemas
e. Anjurkan
klien untuk istirahat secukupnya
Rasional:
menjaga tubuh klien agar tetap stabil
f. Kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemenuhan nutriri yang dibutuhkan oleh klien
Rasioanal:
yaitu menjaga asupan nutrisi dalam tubuh klien agar tetap stabil
2. Post
Operasi
a. Gangguan
pola nafas tidak efektif berhubungan dengan adanya rasa sesak nafas
1.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam masalah keperawatan dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
a. Klien
tidak sesak nafas lagi
b. Kebutuhan
oksigen dalam tubuh klien terpenuhi
2.
Intervensi
a. Kaji
TTV klien
Rasional:
untuk mengetahui TTV klien
b. Beri
posisi senyaman mungkin pada klien (posisi semi fowler)
Rasional:
memberikan kenyamanan pada klien dalam beristirahat
c. Ajarkan
klien untuk relaksasi nafas dalam
Rasional:
untuk mengurangi rasa sesak nafas pada klien
d. Penkes
pada klien tentang relaksasi nafas dalam ketika mengalami sesak nafas
Rasional:
memberikan pengetahuan pada klien mengenai relaksasi nafas dalam untuk
mengurangi rasa sesak nafas dalam pada klien
e. Beri
oksigen kanul pada klien sebesar 3 liter
Rasional:
untuk memenuhi oksigen dalam tubuh klien agar klien tidak sesak nafas lagi
f. Kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemenuhan nutrisi dalam tubuh klien
Rasional:
untuk memenuhi asupan nutrisi dalam tubuh klien
b. Nyeri
akut berhubungan dengan terputusnya kontinuitas jaringan akibat adanya tindakan
pembedahan
1.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam masalah keperawatan dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
a. Rasa
nyeri klien berkurang bahkan dapat hilang
b. Klien
merasa nyaman dalam beristirahat
2.
Intervensi
a. Kaji
TTV klien
Rasional:
untuk mengetahui TTV klien
b. Kaji
skala nyeri klien
c. Rasional:
untuk mengetahui berapa tingkatan skala nyeri klien
Ajarkan
relaksasi nafas dalam
d. Rasional:
untuk mengurangi rasa nyeri klien
Beri
posisi senyaman mungkin (posisi semi fowler)
e. Rasional:
untuk memberikan kenyamanan pada klien
Jaga
lingkungan klien untuk tidak berisik
f. Rasional:
membantu memberikan ketenangan pada klien
Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian obat analgesik (paracetamol 500 mg)
g. Kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian makanan sesuai dengan yang dibutuhkan klien
Rasional:
untuk menjaga status nutrisi dalam tubuh klien
c. Gangguan
pola nutrisi berhubungan dengan adanya mual dan muntah
1.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam masalah keperawatan dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
a. Kebutuhan
nutrisi dalam tubuh klien terpenuhi
b. Klien
tidak tampak lemas maupun pucat
2.
Intervensi
a. Kaji
TTV klien
Rasional:
untuk mengetahui TTV dalm tubuh klien
b. Kaji
intake input dan output klien
Rasional:
untuk mengetahui masukan dan keluaran dalam tubuh klien
c. Kaji
makanan kesukaan klien
Rasional:
untuk mengetahui makanan yang disukai klien
d. Kaji
penyebab terjadinya mual dan muntah klien
Rasional:
untuk mengetahui penyebab terjadinya mual dan muntah pada klien
e. Beri
makanan sedikit tapi sering
Rasional:
untuk membantu memenuhi asupan nutrisi pada klien sedikit demi sedikit dan
untuk merangsang nafsu makan klien
f. Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian vitamin B12
Rasional:
untuk merangsang nafsu makan klien dan menjaga nutrisi yang ada dalam tubuh
klien
g. Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian cairan parenteral (ringer laktat 500 mg) lewat
selang infus
Rasional:
untuk menjaga asupan kebutuhan cairan dalam tubuh klien
h. Kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian makanan sesuai dengan status nutrisi yang
dibutuhkan oleh klien
Rasional:
untuk memenuhi kebutuhan nutrisi dalam tubuh klien
d. Risiko
tinggi infeksi berhubungan dengan adanya luka yang terpapar agen infeksius
1.
Tujuan dan Kriteria Hasil
Setelah
dilakukan tindakan keperawatan 1x24 jam masalah keperawatan dapat teratasi
dengan kriteria hasil:
a. Klien
tidak terkena infeksi
b. Luka
klien cepat sembuh
2.
Intervensi
a. Kaji
TTV klien
Rasional:
untuk mengetahui keadaan klien terutama TTV klien
b. Kaji
daerah luka klien
Rasional:
untuk mengetahui adanya kemerahan pada sekitar luka atau tidak
c. Kaji
suhu tubuh klien
Rasional:
untuk mengetahui adanya peningkatan pada suhu tubuh klien atau tidak
d. Beri
perawatan luka pada klien
Rasional:
untuk menjaga kesterilan luka pada klien
e. Lakukan
ganti balut setiap 3 kali sehari
Rasional:
untuk menjaga luka klien agar terhindar dari kontak mikroorganisme
f. Kolaborasi
dengan ahli gizi dalam pemberian makanan tinggi protein
Rasional:
untuk membantu penyembuhan luka pada klien
g. Kolaborasi
dengan tim medis dalam pemberian obat antibiotik
Rasional:
untuk membantu menstimulasi sistem imun tubuh untuk melawan mikroorganisme
patogen yang ada dalam tubuh klien
Tidak ada komentar:
Posting Komentar